Tags

Pentingnya Pendidikan Pranikah!


Sekitar tanggal 12 Januari 2019 lalu, ada sebuah berita tentang seorang istri (25th) yang tega membakar suaminya (26th). Peristiwa ini terjadi di Montong Bawi, Jerowaru, Lombok Timur.

Kejadian ini bermula ketika si istri meminta nomor sandi HP suaminya saat suaminya sedang memperbaiki genteng. Namun si suami tidak mau memberitahukan nomor sandi HP-nya. Kemudian mereka cekcok dan si suami memukuli istrinya.  Si istri nggak terima dong dengan perlakuan suaminya, sehingga si istri langsung mengambil bensin dan membakar suaminya di depan banyak warga.

Kejadian ini tentu sangat mengiris hati siapapun yang membaca beritanya, apalagi yang melihat langsung kejadiannya. Mungkin ada saja yang menyalahkan si istri karena dia tega membakar suaminya sendiri hanya karena tidak diberitahu nomor sandi HP. Tapi kan kita nggak bisa seenaknya mengutuk si istri karena perlakuannya tersebut. Karena kita tidak benar-benar tahu kejadian sebenarnya.

Pasti ada juga yang bertanya-tanya kenapa si suami malah menggunakan nomor sandi segala pada HP-nya. Selain itu dia juga tidak mau memberitahu nomor sandi HP-ya pada sang istri. Kesimpulan akhir bisa jadi si suami berselingkuh. Sejujurnya saya sendiri juga menyimpulkan demikian. Lagipula kalau sudah berumah tangga, nomor sandi HP tidak perlu dirahasiakan.

Jika memang prasangka tersebut benar adanya, tidak lantas kita mengutuk keduanya ya. Bagaimanapun peristiwa seperti ini adalah pelajaran untuk kita semua, baik bagi yang sudah menikah maupun belum menikah.

Refleksi - Bertanya pada diri sendiri, untuk apa menikah?


Sumber : hellosehat.com

Gara-gara kejadian ini, lalu saya mendiskusikannya dengan Dana (suami saya). Saya tanya ke Dana kira-kira kenapa ya banyak yang selingkuh padahal sudah menikah? Jawabannya, “Ya ada banyak faktor. Entah masalah ekonomi, mungkin kurang puas sama pasangannya atau bisa jadi karena orangtua dari salah satu pasangan. Biasanya cowok-cowok yang sudah nikah masih aja ngebahas cewek lain. Nah kalau diajak ngomongin cewek lain mending nggak usah ikutan. Bahaya ntar. Selain itu niatnya juga diluruskan, nikahnya buat apa? Biar nggak terjadi hal kayak gini”.

Nah, salah satu hal yang paling mendasar adalah meluruskan niat sebelum menikah. Kadang perlu ya kita berdialektika dengan diri sendiri, bertanya lagi dan lagi untuk apa menikah? Udah bener nggak niat nikahnya? Udah punya modal nggak untuk berumah tangga selain masalah finansial? Karena kita tahu lah ya bahwa menikah bukan untuk sehari dua hari. Tapi, insyaa Allah, untuk selamanya.

Pentingnya pendidikan pranikah


Sumber : jawapos.com

Menurut kabar sih, sebelum akad berlangsung, KUA memberikan pendidikan pranikah kepada calon mempelai. Tapi sepertinya hal ini tidak diterapkan secara menyeluruh di negeri ini. Karena ketika saya menikah tidak ada pendidikan pranikah dari KUA. Mungkin terkendala lokasi kali ya. Secara seminggu sebelum nikah saya masih di Surabaya. Lalu Dana juga masih kerja di Sidoarjo. Sedangkan lokasi nikahnya di rumah saya di Lombok. Wkwwk

Saya rasa pendidikan pranikah penting banget, tidak harus selalu diberikan oleh pihak KUA. Komunitas dan para ustad hingga tingkat desa pun perlu memberikan pendidikan pranikah ini. Karena sependek pengetahuan saya, pendidikan pranikah ini jarang banget diberikan kepada para muda mudi terutama di desa-desa. Sehingga hal ini perlu untuk diadakan.

(Ah, by the way, Institut Ibu Profesional sudah ada kelas pranikah di kelas Bunda Sayang lho!)

Di jaman yang sudah canggih ini juga pendidikan pranikah perlu diberikan melalui media sosial, media cetak, TV maupun lewat radio. Hal ini agar semua lapisan masyarakat bisa mendapatkan dan merasakan manfaat dari pentingnya pendidikan pranikah.

Yang perlu dipelajari sebelum menikah tentu sangat banyak. Terutama hal-hal yang sangat mendasar sebagai pondasi rumah tangga. Entah perihal kewajiban suami/istri, komunikasi, manajemen emosi, dan lain sebagainya. Dengan demikian kurasa, melalui pendidikan pranikah minimal dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga ketika sepasang manusia memutuskan untuk menikah, mereka sudah dalam keadaan mantap dan matang. Walaupun demikian, proses belajar tentu tetap berlanjut sekalipun sudah berumah tangga nantinya.

Tazkiyatun nafs sebelum menikah juga sangat penting. Agar tujuan menikahnya murni karena ingin meraih ridho Allah. Bukan karena hal-hal yang berkaitan dengan hawa nafsu.

Saya sangat berharap agar masyarakat terutama anak muda yang belum menikah dapat menyadari pentingnya pendidikan pranikah ini. Agar ketika mereka sudah menjalani bahtera rumah tangga, mereka mampu melewati segala bentuk badai yang nenerpa ditengah perjalanan.

Tulisan ini benar-benar menjadi refleksi untuk saya dan Dana di usia pernikahan kami yang masih seumur jagung ini. Karena kami tidak ingin hanya sekedar menua bersama di dunia, tapi juga ingin bersama di keabadian kelak. 
Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

2 comments

  1. Bener banget mbak, sebaiknya sebelum menikah perlu belajar ilmu-nya dulu, agar rumah tangga berjalan lancar dan dapat menyelesaikan masalah dengan tepat

    ReplyDelete

Post a Comment